Tembok semu yang berada diantara dua lautan itu dapat menghalangi bercampurnya kedua air laut tersebut bukti yang terdapat dari Al-qur’an ini sudah tidak bisa dipungkiri sebab ini telah dibuktikan oleh para ahli. Lalu, bagamana dengan kita? Apakah masih meragukan kebenaran Al-qur’an?
Menurut pendapat kebanyakan orang, dimanapun air laut akan memiliki rasa, warna serta kadar garam yang sama kecuali tinggi rendah suhunya. Ternyata pendapat ini tidak berlaku bagi sifat air laut Mediterania dan Atlantik, tepatnya di Selat Giblitar. Air laut di sana mempunyai sifat serta karakter yang berbeda meski saling berdampingan
Menurut para ahli, laut antarbenua yang terletak antara Eropa di utara, Afrika di selatan dan Asia di timur, serta mencakup seluas 2,5 juta km² ini air lautnya bersuhu lebih hangat, pekat dengan kadar garam lebih tinggi dibandingkan dengan air laut Atlantik.
Tetap Berbeda
Saat air laut Mediterania yang berwarna biru gelap memasuki lautan Atlantik degan tingkat kehangatan, keasinan, dan kepekatan yang berbeda, karakter ini tidak akan bercampur dengan karakter air laut Atlantik, dikarenakan adanya batas pembatas semu yang memisahkan antara keduanya (sumber: Marine Geology, Kuenen,p.43).
Bahkan pada kedalaman 1000m, air tersebut tetap mempertahankan sifatnya agar tetap stabil. Para ahli kelautan berhasil mengungkap adanya batas antata lautan tersebut. Mereka menemukan adanya pemisah di antara kedua lautan tersebut yang dinamakan front(jabhah), yang dianalogikan dengan front, yakni pemisah antara dua pasukan sesuai dengan makhluk yang tinggal di lingkungan tersebut.
Setelah ratusan tahun, para ahli akhirnya berhasil memotret pembatas-pembatas tersebut dengan teknologi foto inframerah menggunakan satelit, di mana terlihat bahwa lautan yang tampaknya satu kesatuan ternyata memiliki banyak perbedaan, terutama pada warna dan temperatur.
Akhirnya mereka menyimpulkan adanya “tegangan permukaan”, air dari kedua lautan yang saling bersebelahan tersebut tidak menyatu. Akibat adanya perbedaan massa jenis & tegangan permukaan mencegah air laut bercampur satu sama lain, seolah terdapat “dinding tipis” yang memisahkan mereka (Davis, Richard A., Jr. 1972, Principles of Oceanography, Don Mills, Ontario, Addison-Wesley Publishing,s. 92-93.).
Al-qur’an Menyebutkan 14 Abad Lalu
Penemuan adanya ‘tembok semu’ yang menjadi batas antar lautan ini telah memakan waktu sekitar 100 tahun melalui studi & riset yang panjang, dimana didalamnya bergabung ratusan peneliti menggunakan peralatan riset yang canggih.
Namun ternyata Al-qur’an al-Karim telah menyebutkan dengan jelas tentang keberadaan sebuah penghalang antara kedua lautan, dan mereka tidak dapat menembusnya 14 abad yang lalu.hal ini tertulis pada surat Ar-Rahman ayat 19-22. Yang artinya “Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Dari keduanya keluar mutiara dan marjan”.