Rabu, 02 November 2011

Cinta Semu

Rifany Arasian yang biasa disapa Fany adalah seorang gadis yang periang. Dia memiliki teman yang begitu banyak karena dia termasuk anak yang cerdas di kelasnya. Selain cerdas dia juga anak yang patuh terhadap kedua orang tuanya. Akan tetapi.dalam urusan cinta dia termasuk anak yang tertutup. Saat disinggung tentang masalah cinta, selalu saja tak mau menjawab, justru dia selalu mengalihkan pembicaraan.
Sehingga tak ada satu teman pun yang tau, siapa pria yang sedang ditaksir Fany.

Pagi ini langit tampak mendung, padahal Fany sudah punya acara dengan ke 3 sahabatnya. Mumpung hari libur Fany ingin jogging bareng Tania, Chika, dan Sasya. tapi Tuhan berkehendak lain, Dia mulai menurunkan rintik-rintik hujan yang membasahi bumi. Akhirnya Fany hanya bisa memandangi keadaan di luar lewat kaca rumahnya. Saat dia sedang asyik melamun, ada sosok bayangan lewat depan rumahnya. Otomatis Fany langsung menoleh kepada pria di luar sana yang sedang kehujanan. Sejak saat itu Fany sering memikirkan pria tersebut, di dalam hatinya ada banyak pertanyaan yang muncul. "Dia siapa yah? Rasanya sudah tak asing lagi wajahnya? kayaknya pernah kenal, tapi siapa yah?" gumam Fany "Hay! nglamun aja sih!" sapa Chika "Awas kesurupan loh." sambung Tania "Iya nih, dari tadi dipanggil-panggil juga." Sasya ikut nimbrung "Iya, iya maaf deh." jawab Fany'

Bel masuk berbunyi, tak lama kemudian  ibu guru masuk kelas bersama seseorang dan ternyata, orang itu orang yang sama dengan yang dilihat Fany kemari "Kira-kira siapa yah namanya?" kata Fany dalam hati. Setelah bu guru mempersilahkan ia memperkenalkan  diri, Fany langsung memperhatikan dengan seksama semua yang dikatakan pria itu dan ternyata benar dugaan Fany "Pantas rasanya sudah tak asing lagi wajahnya bagiku, ternyata dia Zuqni." kata Fany dalam hati

Dua bulan berlalu, Fany dan Zuqni semakin akrab. Teman-teman Fany pun heboh melihat keakraban mereka. Suatu hari sahabat Fany merencanakan sesuatu untuk Fany dan Zuqni, namun tanpa sengaja Fany melihat apa yang sedang mereka diskusikan tapi dia pura-pura tidak mengetahuinya.

Hari itu pun tiba, Tania menjemput Fany ke rumahnya. Dia mengajak Fany ke taman dan disana sudah ada Sasya dan Chika yang sudah menunggu di sana. Diam-diam mereka juga mengajak Zuqni tanpa sepengetahuan Fany. Setelah Tania dan Fany sampai, rencana itupun akan dijalankan. Mula-mula mereka bertiga pergi meninggalkan Fany sendiri di ayunan taman alasannya untuk mencari minuman dan makanan. Padahal mereka sedang menelepon Zuqni untuk pergi ke tempat Fany berada. Tak lama kemudian, Zuqni sampai ke tempat Fany menunggu dan langsung mendekati Fany yang sedang duduk sendiri. Fany sontak kaget, karena tiba-tiba Zuqni mengatakan sesuatu yang tak pernah terbayangkan oleh Fany. Hari ini Zuqni menyatakan cintanya ke Fany, Fany bingung harus jawab apa. Sebenarnya dia juga punya rasa yang sama seperti Zuqni, tapi dia malu tuk mengutarakannya. Akhirnya dengan malu-malu Fany menjawab yang pada intinya Fany menyukai Zuqni.

Tak lama kemudian Tania, Chika dan Sasya datang menghampiri mereka berdua dan langsung menyoraki mereka. Mereka berlima akhirnya memutuskan untuk melanjutkan jalan-jalan lagi, ketika mereka sedang menyebrang. Tiba-tiba tanpa sepengetahuan Fany, Tania, Chika dan Sasya, Zuqni terjatuh dan dia tidak bisa bangun. Setelah Fany tersadar Zuqni tidak ada di sampingnya, Fany langsung menoleh ke belakang dan melihat Zuqni yang sedang merintih kesakitan di tengah jalan. Fany ingin menolong Zuqni, namun saat hendak menghampirinya, tiba-tiba ada sebuah mobil truk yang melaju dengan kecepatan tinggi menghampiri Zuqni. Fany kaget bukan main dan kemudian dia terjatuh dari tempat duduknya karena mendengar suara petir yang menggelegar.

Fany pun bangun dengan raut wajah yang kebingungan karena dia ada di rumah dan sekarang di luar sedang hujan deras. Setelah mengingat-ingat apa yang sebenarnya terjadi? Dia ingat kalau dia sedang menunggu hujan reda, tapi ternyata dia malah ketiduran."Hmm... Untungnya cuma mimpi." Fany menghela nafas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar